Rupiah Tertekan di tengah Penantian Cadangan Devisa Indonesia
Rupiah Tertekan di tengah Penantian Cadangan Devisa Indonesia
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksikan rupiah akan ada di range 16.275 per dolar AS s/d 16.375 per dolar AS pada perdagangan ini hari.
Liputan6.com, Jakarta – Nilai ganti rupiah pada dolar Amerika Serikat (AS) alami penekanan di awal perdagangan Jumat ini. Investor tengah menunggu launching persediaan devisa Indonesia yang hendak dipublikasikan di hari ini.
Pada awal perdagangan Jumat (5/7/2024), nilai ganti rupiah menurun 11 point atau 0,07 % jadi 16.341 per dolar AS dari awal sebelumnya sejumlah 16.330 per dolar AS.
“Dari dalam negeri, Bank Indonesia di hari ini akan melaunching data persediaan devisa bulan Juni,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede d ikutip dari Di antara.
Persediaan devisa Indonesia pada Juni 2024 diprediksi akan sekitar USD 137,5-139,5 miliar dari posisi Mei yang terdaftar USD 139 miliar. Pengurangan prediksi persediaan devisa ini searah dengan kenaikan sentimen risk off di pasar keuangan global sepanjang Juni.
Dalam pada itu, volume perdagangan obligasi pemerintahan terdaftar sejumlah Rp 15,12 triliun, semakin tinggi dibanding volume perdagangan hari kemarin sejumlah Rp 11,80 triliun.
Aktor pasar akan menyimak launching data tenaga kerja AS bulan Juni yang hendak dipublikasikan malam hari ini di mana Non-Farm Payroll (NFP) diprediksikan akan sekitar 190.000 dari bulan awalnya 272.000, sedangkan tingkat pengangguran diprediksi akan konstan di tingkat 4 %.
Josua memprediksikan rupiah akan ada di range 16.275 per dolar AS s/d 16.375 per dolar AS pada perdagangan ini hari.
Awalnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, nilai ganti rupiah terancam terus akan alami melemahnya.
Hal tersebut terpengaruhi oleh Bank Sentra Amerika Serikat (AS) atau the Federasi Reserve (the Fed) yang diprediksikan tidak turunkan suku bunga secara cepat.
Karena The Fed
Sri Mulyani menerangkan, sentimen djakartatoday.com dari global ialah ada saat ini semakin confirm jika suku bunga Federasi Reserve tidak alami pengurangan sekitar sama seperti yang diharap aktor pasar.
“Pasar dalam masalah ini semula menginginkan ada pengurangan 4 sampai 5x di tahun ini,” kata Sri Mulyani dalam pertemuan jurnalis APBN KiTa, Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Karena Bank Sentra Amerika Serikat The Federasi Reserve (The Fed) tetap menjaga suku bunga referensi di tingkat 5,25 % – 5,50 %. Hingga pengurangan suku membuka diramalkan akan lamban, bahkan juga diprediksikan cuma turunkan sekali dalam tahun ini.
“Fed Fund Rate tetap alami posisi yang konstan di 5,5 % dan tidak ada pertanda mereka akan selekasnya turunkan, bahkan juga kemungkinan yang paling percaya diri pengurangannya cuman satu kali pada tahun ini,” katanya.
Ini pasti membuat harapan pasar jadi sedih hingga memunculkan sesuatu reaksi, khususnya kelihatan di bulan April lalu sampai Mei di mana dolar alami pengokohan dan mata uang rupiah menurun atau alami melemahnya.